Jumat, 08 Februari 2013
Akibat Perbedaan Kedudukan dan Peran Sosial dalam Tindakan dan Interaksi Sosial

Perbedaan pendidikan, kekayaan, pekerjaan, status atau kelas sosial tidak hanya mengakibatkan perbedaan gaya hidup dan tindakan. Perbedaan tersebut juga menimbulkan sejumlah perbedaan lain dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti:
a. Menentukan kesempatan hidup
Sejak masa dalam kandungan hingga pada saat meninggal dunia, kesempatan dan imbalan seseorang memang telah dipengaruhi oleh kelas sosialnya. Kurang gizi sang ibu bisa mempengaruhi kesehatan dan kekuatan janin sebelum dilahirkan. Seorang bayi dari kelas sosial rendah bukan hanya lebih berkemungkinan untuk meninggal dunia sebelum dewasa, tetapi juga akan menderita penyakit lebih lama selama hidupnya. Data sensus menyangkut “ketidakmampuan kerja” (dalam pengertian tidak bekerja karena adanya penyakit serius yang memakan waktu relatif lama) menemukan bahwa kasus ketidakmampuan kerja dikalangan pekerja berpenghasilan rendah lebih tinggi daripada kalangan pekerja berpenghasilan tinggi.
b. Kebahagiaan dalam keluarga
Pada tahun 1974 Cameron dan kawan-kawan meminta kepada sejumlah besar orang orang untuk menyatakan perasaan mereka tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Cameron dan kawan-kawan menemukan bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya cacat tubuh. Tidak pula dipengaruhi oleh faktor usia, karena orang tua pun sering merasa bahagia sebagaimana halnya orang muda. Dari semua faktor yang diteliti ditemukan bahwa kelas sosial lah yang memiliki kaitan paling erat.
c. Membentuk gaya hidup
Perbedaan kelas sosial dalam banyak hal mempengaruhi perilaku dan gaya hidup yang ditampilkan. Salah satu contohnya adalah penggunaan waktu luang berbeda-beda pada setiap kelas sosial. Keragaman penggunaan waktu luang tersebut sebagian disebabkan oleh faktor biaya dan selebihnya oleh faktor selera.
Disamping itu, dalam beberapa segi gaya hidup dan perilaku sosial, kelas sosial rendah tampak leibh konservatif daripada kelas sosial lainnya. Kelas sosial rendah merupakan kelas sosial yang paling terlambat dalam menerapkan kecenderungan baru, seperti misalnya, cara pengambilan keputusan dalam keluarga yang bersifat demokratis, cara mendidik anak atau cara penggunaan alat keluarga berencana.
Orang-orang kelas sosial rendah rampaknya ragu-ragu untuk menerima pemikiran dan cara-cara baru. Terbatasnya pendidikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan orang-orang kelas sosial rendah itu tidak mengetahui latar belakang pemikiran yang mendasari perubahan tersebut. Hal tersebut, yang diperkuat oleh sikap tidak percaya terhadap orang-orang yang berstatus sosial tinggi membuat orang-orang kelas sosial rendah mencurigai para ahli dari kalangan kelas sosial menengah dan atas, serta orang-orang yang menunjang perubahan.
d. Membentuk sikap politik
Berbagai studi memperlihatkan bahwa kelas sosial mempengaruhi perilaku politik seseorang. Menyangkut sikap politik, orang-orang kelas sosial rendah lebih sering mendukung calon-calong pemimpin yang berpandangan radikal, yang menghendaki perubahan secara drastis, terutama jika perubahan itu berkaitan dengan bantuan pemerintah terhadap para pemilih tersebut .
Sedangkan hasil studi yang dilakukan oleh Erbe (1964), Hansen (1975), Kim, Petrocik dan Eneksen (1975) menyimpulkan bahwa makin tinggi kelas sosial, makin cenderung individu memiliki ketertarikan di bidang politik. Mereka cenderung mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik politik, menjadi anggota organisasi yang mempunyai arti penting secara politis dan berusaha mempengaruhi pandangan politik yang lain.
e. Menyelesaikan “pekerjaan kotor”
Pada setiap masyarakat terdapat banyak pekerjaan yang tidak menyenangkan, sehingga orang harus dibujuk untuk mau mengerjakannya. Namun demikian, setiap masyarakat yang kompleks menaruh kepercayaan terutama pada sistem kelas sosial untuk memaksa orang agar mau mengerjakan pekerjaan yang membosankan. Gabungan yang terdiri atas latar belakang kebudayaan, pembatasan kesempatan belajar dan disikriminasi kesempatan kerja, semua itu membuat orang kelas sosial rendah tidak mampu bersaing untuk memperoleh jenis pekerjaan yang lebih baik. Sebagai akibatnya hanya jenis pekerjaan buruk yang tersisa. Apakah keadaan tersebut diciptakan secra sengaja atau tidak, sasaran akhirnya tetap sama juga, yakni agar pekerjaan kotor itu dapat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak bekerja pada jenis pekerjaan yang baik
f. Menyiapkan anggota demi status yang lebih baik
Kelas sosial menengah dan kelas sosial atas atas berusaha menyiapkan para anggota kelas sosialnya untuk memerankan fungsi khusus dalam masyarakat. Para orang tua kelas sosial menengah berupaya untuk mendorong anak-anak mereka dengan memberikan harapan-harapan keberhasilan dan bayangan-bayangan yang menakutkan jika mereka jatuh ke dalam status kelas sosial yang lebih rendah. Jadi, diantara kelas sosial, kelas sosial menengahlah yang paling giat upayanya untuk “memperoleh kemajuan”.
Orang-orang kelas sosial atas tidak perlu “bekerja untuk hidup” atau berjuang untuk memperoleh status. Walaupun demikian, mereka mungkin merasa didesak untuk mempertegas status dan pendapatan mereka dengan cara mengabdikan diri pada salah satu bentuk pengabidan masyarakat. Contohnya keluarga Roosevelt, keluarga Rockfeller, keluarga Kennedy dan banyak eluarga lainnya. Keluarga berstatus tinggi semacam itu acapkali mengambangkan kebijakan-kebijakan sosial yang menguntungkan kelas sosial rendah. Keberhasilan politik mereka membuktikan bahwa massa bisa menerima pemimpin dari golongan elit, jika pemimpin tersebut ternyata peka terhadap kebutuhan kelas sosial rendah.
Kelas sosial atas pada kebanyakan negara mencakup pula golongan “the Jetset”, orang-orang kaya yang senang bermalas-malasan dan hidup dalam pemborosan yang tidak bermanfaat. Mungkin jumlah orang semacam itu tidak banyak, namun mereka tampak sangat menyolok dalam zaman komunikasi seperti saat ini, sehingga kecemburuan serta kebencian ya

0 komentar:

Posting Komentar